Sabtu, 23 Agustus 2014

filia(s)




 saya. cinta. (juga sayang.)

a; saya cinta senja.
Senja yang selalu menyingsing membawa warna cerah tapi juga gelap, baik itu oranye pudar, oranye kelam, merah bersemburat. senja bukanlah perlambangan hari baru karena hari baru dilambangkan oleh fajar, tapi ia membuat saya mampu menghembuskan napas lega: sebentar lagi saya akan berlabuh ke ranjang. dan itu sudah lebih menenangkan di kala saya penat.

b; lalu, saya cinta simbolisasi.
Karena itu, saya suka puisi. saya cinta simbolisasi, terutama simbol-simbol Indian, Navajo, Yunani kuno, bahasa Sansekerta, dan lain-lain. simbolisasi lahir dari masa dimana manusia masih sepenuhnya berelemen alam. dengan simbolisasi, kita lebih memahami alam karena alam tidak pernah berkomunikasi dengan verba. Ia meracau lewat simbol. Maka dari itu simbolisasi adalah sesuatu yang sakral.

c; saya cinta lampion yang diterbangkan ke udara.
diawali oleh, film Tangled dimana Rapunzel menerbangkan lampion untuk perayaan kepada dirinya sendiri). lampion itu melambangkan keinginan kita yang membumbung untuk diwujudkan Semesta. (Semesta = Tuhan.) saya ingin suatu hari nanti menerbangkan lampion bersama orang-orang yang saya sayangi.

d; saya cinta hujan.
Rintik hujan. mandi di tengah hujan. kehujanan. hujan yang merosot di kasau jendela. hujan yang membawa bau petrichor--bau ketika aspal yang kering telah dibasuh oleh-Nya. hujan yang, membawa Kamu dalam setiap derasnya.

e; kemudian, bunga.
Hanakotoba, bahasa bunga. Bunga itu berbahasa. saya cinta bunga. terutama, mawar merah (i love you) dan mawar putih (eternal love) karena dua-duanya melambangkan: kebersamaan, azalea (take care for me, I will wait for you), chamomile (patience), dandelion (dream comes true).

f; juga, saya SANGAT mencintai alam.
Saya lahir dari alam, untuk alam. saya rela mencapai puncak gunung untuk melihat keluasan alam dari dataran yang tinggi. saya bisa duduk diam menyaksikan alam yang sepi.. saya cinta Langit. saya cinta awan. pepohonan. bunga, daun, semua yang berasal dari alam.

g; saya cinta salju, dan es.
Saya cinta mereka juga. saya punya cita-cita; bilamana saya menjejakkan kaki ke luar negeri yang tengah dilanda winter, saya akan menciduk salju kemudian memakannya. dan salju identik dengan putih, dan saya cinta warna putih karena melambangkan kesucian.

h; saya cinta Samudera, sangat cinta.
Samudera yang berombak, samudera yang tenang. karena Samudera adalah tempat di mana segalanya berlabuh. ia tak pernah neko-neko, ia menerima semua likuid yang bermuara kepadanya. saya ingin merancang kamar saya layaknya pelabuhan yang menghadap Samudera, suatu saat nanti.

i; YUNANI.
lupakan soal paganisme. lupakan tentang kebarbaran kaum Yunani dalam mengadu rakyatnya. Yunani adalah salah satu pilar filosofi Ketuhanan dan ilmu pengetahuan. Yunani, membuat saya cinta dengan mitologinya. Hidup Artemis, Aphrodite, dan Nemesis!

j; k; l; m: saya cinta menyeruput coklat hangat dan energen hangat sambil memandang luar jendela. saya cinta padang rumput luas. saya cinta membaca buku sendirian; buku membawa saya melupakan kesedihan menuju dunia kertasnya. saya cinta kunang-kunang di langit gelap.

n; salah satu yang terpenting: saya suka dipeluk.
Pada orang yang tepat dan waktu yang tepat. kehangatan dan kasih sayang dari seorang pemeluk lebih candu dibandingkan panas pendiangan. siapa yang tidak suka dipeluk, kalo saya boleh bertanya? :)

o; p; saya cinta musim gugur. waktu dimana segalanya bereinkarnasi dan menjadi satu warna hangat: coklat kembali. saya cinta melukis di tengah alam, di tengah kesendirian.

q; saya suka empat elemen. Air, Angin, Tanah, Api. Saya sendiri adalah elemen angin. empat elemen mengalir dalam tubuh manusia: air dalam darah, dan air itu sendiri. tanah yang dilambangkan dengan kulit kita (Tuhan menciptakan manusia dari segenggam tanah yang dihembuskan roh). manusia hidup dengan oksigen, dan manusia memiliki hawa nafsu yang dilambangkan dengan api.

r; terakhir, saya cinta rajah. bukan rajah di badan saya, karena saya masih Islam; betapapun saya menginginkannya. saya hanya suka merajah tubuh saya dengan sesuatu yang tidak abadi: hanya untuk melihat bahwa yang memiliki kuasa tubuh saya adalah saya sendiri.
dan saya. cinta. (juga sayang.)
saya cinta semua yang di atas, karena yang di atas lahir dari diri saya sendiri. saya cinta Tuhan, karena Tuhan yang menciptakan saya yang melahirkan apa yang di atas.
(dan saya sayang kamu, karena apa yang di atas ada di dalam diri saya, dan saya ada di dalam diri kamu.)
sampai bertemu kembali! :)

Minggu, 03 Agustus 2014

Apresiasi Kepada Sahabat-ku yang Pujangga



Halo!

Sebelumnya saya ingin mengatakan, satu entri ini saya dedikasikan khusus untuk dua orang spesial yang berpanggilan dengan huruf depan sama, yaitu alfabetika ‘S’: Samantha Samsuddin dan Smita Tanaya. Boleh jadi kalian berdua adalah para pujangga-pujangga berusia ranum (yang mana artinya kita bertiga adalah remaja penuh kegamangan, hihi) yang pertama, yang saya muat puisinya di sini.

Ada kalanya saya jahil meminta orang-orang untuk membuatkan sesuatu untuk saya: sesuatu yang membuat keduabelah pihak senang, entah saya sebagai tokoh tak tahu diri: sang pengemis, atau mereka yang senang karena saya percaya: sang dermawan.

Oke. Kita sudah berbicara soal pemberian. Nggak usah berverbose, ya, sahabat-sahabatku. Saya hanya bisa tersenyum ketika mengetik ulang apa yang Samantha (yang tengah terik tadi menemui saya di koridor dengan dua lembar kertas) tuliskan untuk mengobati gulana tengik ini. Dan inilah frasa-frasa yang ia tujukan pada saya:

JANGAN MENCINTA
Jangan mencinta jika hati tak minta
Jangan memberi hati yang rapuh
Semuanya akan sia-sia
Hanya itu harapannya

Jangan mencinta, Dayang, jangan
Buat apa serahkan hati untuk dikembalikan
Bukankah sudah dikatakan semuanya akan jadi salah

Maka jangan mencinta
Mencinta buta
Buta termakan hati
Hati yang tidak meminta

S.S, 12:10, dengan beberapa revisi dari S.N.A

(Membacanya membuat saya merenung. Mungkin kamu sedang menegur saya (sebagai seorang pecinta), tentang memikirkan baik-baik dan tidak termakan konsep ambivalen dari satu morfem universal itu: cinta. Bahwa cinta tak sekedar: saya ketemu doi, nyaman sama doi, buta sama doi, pe de k ate, pacaran, dan voila! Tatkala saya sudah buta bak pengidap miopi kena katarak, saya sadar yang saya cinta hanya Pangeran menganggap saya Dayang. Pffft. Jadi jangan mencinta, daripada mencinta tapi menjadi pajangan, bukan begitu, Sam?)

Hanya Harus Percaya, Shabia (wih ada namaku!)
Kamu tahu, bahwa kadang semua hal tidak seperti yang kamu inginkan
Kamu tahu dan kamu sadar penuh, hanya saja kamu tidak mau mempercayainya
Ada kalanya dan karena kamu manusia, kamu  akan bersedih
Mungkin juga menetaskan air mata
Tidak apa-apa, sungguh.
Semuanya akan baik-baik saja.
Yang harus kamu lakukan hanya satu: percaya

Hidupmu terlalu indah untuk dipungkiri
Kamu dengan segala yang ada padamu adalah kesempurnaan estetika
Tak perlu kamu masuk ke kamar dan menguncinya
Dan mulai melangkahkan kakimu ke atas Kasur untuk meringkuk
Di bawah selimut dan ya, meratapi nasib
Tidak perlu … sungguh itu tidak perlu
Yang harus kamu lakukan: kembali percaya

Matahari masih terbit dari timur, dan langit masih berwarna biru
Selama juwita masih begemerlapan di langit malam,
Hatimu akan baik-baik saja
Sentuh dadamu, masih berdetak bukan?
Itu artinya kamu baik-baik saja
Mengyangkalnya hanya akan membuatnya bertambah buruk
Semua hal yang tak enak itu akan tetap datang
Itu akan menyakiti hatimu: merobek setiap inci dari harapan
Jika itu datang, maka yang harus kamu lakukan:
Percaya bahwa semuanya akan baik-baik saja

{dan benar semuanya akan baik.
Kamu hanya harus … ya percaya.}

r.6 | 12:45 \ 23.07.14
S.S, lagi-lagi dengan revisi kecil oleh S.N.A

Yang di atas tadi mungkin semacam surat penutup ya, Sam? Siang hari tatkala institusi kita rehat dari pelajaran, saya melihatmu dan minta dibuatkan puisi. Dan kamu bertanya, “Mau tema apa?” HE HE HE, sudah seperti milih menu saja, ya? Dan saya jawab. “Cinta saja. Eeeh jangan, kasih sayang aja. Eeeh! Sakit hati. Apa sajalah, Sam.” Seperti seseorang yang galau, padahal detik itu saja saya sedang tidak memikirkan konflik percintaan saya (saya sedang memikirkan uang jajan dan makanan yang harganya tidak sebanding, bahkan. Saya memang kadang suka tolol.).

Lalu kamu muncul, Sam! Membawa dua lembar kertas file, dua halaman yang terisi penuh, dan empat buah puisi yang manis teruntai. Dan keempat-empatnya, saya baca dalam pelita remang-remang dalam angkutan umum, diiringi sebuah senyum.

Terima kasih, pujangga Samantha. Untuk puisinya yang sederhana namun meliuk (puisimu mengingatkan saya pada buah kata karya Rendra dicampur Sutardji Calzoum, lalu disederhanakan dalam potret kata-kata remaja), dan untuk dua lembar kertas file yang sudah melebihi rikues, HAHA! Semoga kita berdua semakin mampu menyiasati kata dan berkontemplasi, uhuk.

(oh ya, puisi ini indah, beberapa di antaranya benar, tetapi apa yang terjadi bukan yang sebenarnya terjadi, Sam. Kalo kamu udah baca entri ini, chat saya dan besok saya curhat, ya, di sekolah. :p )

Lalu ini balasan atas puisi kamu. Kamu buat empat, maka saya juga buat empat. Nanti saya kutip ini ke kertas antik, lalu saya kirim ke kamu. Semoga kamu menikmatinya J

Debu Embun
Ini ceritera tentang seonggok debu
Yang melapis membaring di etalase jendela
Boleh jadi si debu ialah seorang pengagum bisu
Yang direksi netranya selalu tatap butala

Ini ceritera tentang setetes embun
Yang menitik di belantika hijau rerumputan
Sangka siapa si embun simpan asmara
Tatkala atensi beningnya tatap cakrawala

Dan ini ceritera tentang debu embun
Yang pada realita saling taruh hati dalam senyap
Beda purwarupa cegah mereka tuk melebur
Hanya sedetik pandang yang tertukar menghablur
Aku tak mau melarutnya, pikir sang embun bila mereka bersatu
Aku tak mau cemarinya, pikir sang debu bila mereka bersatu

Maka dari itu, ini ceritera tentang debu embun
Yang ajarkan kita berdua:
Tentang kesahayaan parabawa.
{ada cinta yang hadir karena sanggama
Dan ada yang tercukupi hanya dengan tatap asmara}

Puisi denotasi. (mengapa kusebut denotasi? Penyair jelaskan maknanya di akhir)
S. N. A. \\ 9:08 PM

CUKUP SUDAH
Sudah! .
, . . aku bilang sudah! ,
Berhenti. , , , .
, . , Aku bilang berhenti! ,
Baik kalau ini yang kamu mau,
Aku sudah minta cukup sudah . ,
Kini kugantung kamu , ?

Puisi mbeling. (yang di atas bukan kesalahan tanda baca atau saya mabok. Ini namanya puisi mbeling, saya banyak belajar dari Jeihan.)
S. N. A // 9: 12 PM

KESALAHAN KEMBAR
Aku hanya bisa tertawa
Ketika ia langkahkan tungkainya
Adalah alasan tak pasti
Satu-satunya yang ia miliki
Aku tak bisa
Padahal siang itu matari tengah teriknya
Lalu semua berubah
Ini semua salah
Ternyata semua yang sebelum adalah salah, katanya
Aku ingin merubah keadaan
Ia berkata semua adalah sebuah kesalahan
Semua itu dikatakannya kala purnama
Ternyata aku mencintaimu
Ia memang enigma gila yang berbahaya
Aku hanya bisa tertawa.

Puisi ambi. (saya lupa namanya, tapi kamu bisa membacanya dari awal ke akhir, akhir ke awal. Silakan dicoba. Pusing? Saya juga. Saya masih belajar membuat puisi yang satu ini, Sam. Mohon maaf.)

MALAM

Dalam jerit kelelawar
Tapak-tapak itu masih setia membelah kelam
Belantara ia terjang
Bareksa yang memuntir ia hadang
Juwita malam ia pandang
Sembari berdoa hingga tenteram

Jarinya mengetuk
Pintu jati itu berbunyi seakan mengangguk
Sempurna sudah rongga pintu terbuka
Di baliknya sesosok gadis mengerjap tak percaya

Pemuda itu terengah
“Ada yang salah,” katanya
Ia baru sadar malam jadi gelap sekali!
Ketika kekasihnya tak lagi menginap: sepi!
Puisi jenaka. (saya gak tau jenakanya dimana, Sam. Tapi boleh tolong ketawa? Bayangin aja suatu hari kamu nginep di rumah pacarmu selama tiga hari berturut-turut, terus hari keempat kamu pulang, dan ia khusus dateng ke rumahmu malam-malam hanya ingin bilang ia kehilangan kamu dalam cara yang bodoh. Ya. Lucu kan? Lucu dong.)

Empat sajak sudah tercipta. Pujangga lahir dari pujangga. Dan saya; saya lahir dari kalian, sesama teman pujangga! Hidup perempuan perkasa penoktah tersina! :p

(oya puisi Smita Tanaya masih ongoing katanya. Jadi nanti diedit setelah si Tuan Putri selesai yah. Sampai bersua lagi!)