Minggu, 15 November 2015

Jikalau Hati Bisa Terfragmen Dua

Hati hanya diberikan kepada satu orang, demikian ia pernah berkata.
          Tetapi Daun bisa tercabik jadi belasan fragmen, mengapa hati hanya terbelah dua, satu untuk diriku dan dirinya? Tetapi Porselen bisa gugur dan pecah menjadi ratusan keping tajam, mengapa hati hanya terbelah dua, satu untuk dirinya dan diriku?
   

Pernah ada sebuah suara masuk ke dalam indranya dan menggetarkan jiwa-jiwanya dan ketika ia mengangkat muka untuk melihat sebuah berkas yang ia kira matahari pagi yang biasa membangunkannya dari tidur lelap, ia malah terpana.


Bukan.
Di luar bukan Sang Surya.

Ia melihat sebuah kejora, tidak seterang matahari,
namun hangat. Hangat yang membuai, yang pernah membuat angan berjulai:
"Suatu hari aku akan memiliki pendamping dengan hangat seperti ini."


Sang kejora berpendar dan ia menyadari sinar itu bukanlah sebuah mentari.
bukan pula sebuah bintang gemintang.
Ia seribu kunang-kunang, hinggap pada sebuah dahan yang melayang.
Di baliknya ialah seorang lelaki, membawa kepadanya sebuah pohon seribu kunang-kunang itu.


Tapi ia tak lantas meraihnya
karena ia tahu dahan dan lelaki itu bukan haknya.


Hati hanya diberikan kepada satu orang, demikian ia pernah berkata.
Tapi Daun--
(ia tak menyelesaikan kalimatnya.. bibirnya kelu.)


Ia, Bulan, sudah berpasangan dengan Mentari dan tegakah ia memilih Pepohonan Kunang?
Ia, gelap, sudah dipilih terang dan tegakah ia menjatuhkan diri pada Pepohonan Kunang?


Hati hanya diberikan kepada satu orang,
dan sebuah garis memiliki dua ujung. Ia juga tak pernah menyukai persimpangan.


Maka ia menangis, menyesali hatinya yang pernah berpikir untuk beralih akhir-akhir ini, dan ia tambah menangis ketika menyadari hatinya memang tak kuasa untuk mengkhianati.

Ia gebah Pepohonan Kunang, dan ia kembali tidur, menyongsong Mentari walau terkadang ia tahu sinar Mentari kadang menyakitinya juga. Tapi tak apa, hati pun hanya bisa diberikan kepada satu orang.


Jikalau hati bisa terfragmen dua, akankah ia berani untuk memeluk pepohonan kunang?