Sabtu, 30 Juli 2016

I'm a girl who still writes you, she doesn't know how not to (and you do not write about her)



Andai pikiranmu bisa memindai pikiranku.
Dan saat itu juga, aku akan segera menatapmu dan menumpahkan semuanya.

Kamis, 28 Juli 2016

Sahabatku Bertanya

Sahabatku bertanya,
Bagaimana aku mencintai orang lain?


Aku menjadi cinta
Yang mereka tak pernah terima
Dalam hidupnya


Lalu ketika mereka menyakiti,
dan kau sadar luka-luka yang mereka timbulkan mengundang nyeri,
Tidakkah kau jeri,
barang sedikitpun?


Tidak,
aku akan merasakan luka-luka
sebanyak mungkin
Hingga aku ingin
Aku tak ingin orang lain 
merasakan luka ini juga


Dan biarkanlah aku memeluk luka-lukaku sendiri
Hingga seseorang datang
yang tak perlu jadi pahlawan
yang tak perlu jadi kawan
Hanya penyembuh dengan perban
Yang mengobatiku dengan cinta
Yang tak pernah aku terima.


Lalu sembari menunggu
Biarlah aku
Belajar menjadi cinta
Yang tak pernah aku terima
Agar mereka
Tidak menderita
Sebagaimana aku menderita





Senin, 25 Juli 2016

if I could turn back my pendulum






 
 

 
how funny it is.
we, human, will never ever reflect our own life
until we reach the time
that we have gone very far
and we let our heart be heard once
and we see our past, small and lonely, pure and full of innocence


Sabtu, 16 Juli 2016

Pesanku Untuk Mereka yang Tidak Percaya Diri dalam Hidup

Halo. Saya Shabia. Kita belum berkenalan, dan kemungkinan besar melalui dunia virtual ini saya tidak tahu kamu siapa, pengalaman apa yang telah membentukmu hingga menjadi sekarang ini, pelajaran apa yang pernah kamu ambil, nilai-nilai apa yang pernah kamu internalisasikan, pikiran-pikiran apa yang hinggap di cerebrum, cerebellum, dan bagian-bagian otakmu yang lain yang kamu jadikan dasar untuk berperilaku dan menerjemahkan dunia yang taik namun di sisi lain bergula manis ini.

Pertama, saya pengen bilang, kalo kamu ngerasa kamu bukan orang yang pantas menderita tapi kamu tetap merasa bahwa kamu yang paling menderita, bahwa kamu ngerasa bersalah karena ada orang yang lebih menderita dari kamu, tapi walaupun begitu gak ada yang bisa ngeredain sakitmu dan gak ada orang yang ngerti sakitmu, penyakitmu, dukamu, penderitaanmu... kamu normal. Kamu bukan orang yang buruk. Yang lebih baik lagi, kamu gak sendiri. Mungkin gak akan ada orang yang pernah mengerti sakitmu dengan persis, tetapi mereka pernah melewati fase itu dalam hidupnya. Ada yang mendapatkan itu di awal masa remaja. Ketika remaja. Bahkan, pasca remaja, hingga dewasa dan tua.


Manusia gak bisa lepas dari masa lalu dan pengalaman yang pernah ia lewati. Sadly. Unfortunately. Kita abadi--itu taik kucing. Jiwa, mungkin abadi. Hati? Sistem pikiran lo facing the truth and facts and people out there? Anxiety? Kita gak pernah lepas dari konsep ruang dan waktu. Selama kita terantai sama kerangka sistem duniawi, akan selalu ada tuh yang namanya sakit dan senang. Tawa dan tangis. Konstruksi sosial budaya biologis -- esensi eksistensi pengalaman. Kalau ada yang bisa melewati semua dan mencapai tahapan paling tinggi, itulah Moksa, kalau ditelaah dalam falsafah Hindu Buddha. Saya pengen bilang kematangan spiritualitas dan iman akan mengatasi itu semua (That's why we create God and religion below him/her), tapi saya sendiri belum sampai di tahap itu. Saya gak pernah tau apa mereka truly mengatasi anxiety ini.


Dapet maksud saya? (Maaf saya agak pointless)


Oke, tarik napas dalam-dalam. Saya mau cerita meski di dunia nyata, kalian akan menghadapi Shabia yang ceria, selalu berinisiatif memulai percakapan, awkwardly talkative, sosial banget dan bla bla bla, kalo kalian pasang cctv di dinding tempat saya tidur menghadap di malam-malam paling buruk dalam keseharian saya, kalo kalian pasang cctv di pojok kamar kos saya, kalo kalian pasang cctv di kamar mandi saya (tapi itu bisa ngebuat masalah lain, ya, sayang badan saya gak sekece model yang perutnya rata atau model yang payudaranya melendung), kalian akan lihat seberapa sering saya nangis ... cari "pegangan", stressing out sampe teriak-teriak (tapi ini dulu sih), dll. Kenapa saya gitu? Jawabannya gampang. Saya ngerasa gak percaya diri sama diri saya, saya gak ngerasa percaya diri sama hidup saya, lalu, sesederhana itu, saya merasa lonely dan abused. Pathetic? Iya. Saya sadar kok.


Lalu, kalo sekarang saya ditanya, terus gimana perasaanmu sekarang? Masih kayak gitu, gak?


Jawaban saya: m a s i h. Tapi sudah lebih baik. Kenapa?


Saya yakin bukan hanya diri saya yang coping with this problem. Itu pikiran yang menyelamatkan saya pertama-tama. Di luar sana, ada berjuta-juta orang yang ngalamin hal ini. Dan setelah saya baca-baca buku berisi pengalman hidup orang-orang, saya nemu pengalaman yang identik ... bahkan saya termasuk beruntung, mereka ini orang-orang yang bahkan hampir commit suicide.


Lalu, saya banyak cari insight yang bisa bantu saya bangit dari keputusasaan saya. Satu saran untuk mereka yang dalam fase ini: jangan menyianyiakan waktu buat meratapi nasib, daydream dan merenung, emang kamu Nabi yang tibatiba DAR! dapet wahyu? (tapi Rasul aja ke Gua Hira loh baru disamperin Malaikat Jibril) Terus muncul pertanyaan, kalau refleksi gak boleh dong? Heu, refleksi tuh juga pencarian, loh. Pencarian makna atas segala hal yang telah dilakukan. Cari insight bisa dari mana aja. Saya ikut tes kepribadian. Terus baca-baca blog tentang positivitas. Baca blog tentang kegilaan (dan terima kasih Tuhan, saya belum gila menurut teori-teori dan analisis di blog itu). Terakhir, baca puisi dan motivasi. Saya baca rupikaur. Terakhir sih, baru aja semalem saya nonton Rudy Habibie dan walaupun itu cliche, saya menemukan banyak kata-kata dan moral values yang bagus. Find yours, insight can be found everywhere.


Ketiga, kalo kamu udah segitu gak pedenya ... ask your friends about your values in their eyes. Karena kadang gini nih, penyakit kita sendiri yang bikin. Kita nganggep kita jelek, padahal muka kita udah mirip Cinta Laura (meski Cinta Laura gak cakep2 amat). Kita nganggep kita useless, padahal ada orang-orang yang diem-diem inget kebaikan kita. Saya waktu itu ngerasa gak punya bakat, terus temen saya nempeleng saya sambil nunjuk puisi dan gambar saya. HEHE. Kadang itu ngebantu. Tapi ati-ati, jangan nanya sering2, ntar sama aja kamu nyari pembuktian diri :))


Keempat, hmm, ngebantu orang lain, bukan (hanya) butuh bantuan orang lain. Menurut saya, meskipun kadang statement ini bener, ketika kita stress, yang kita butuh bukan bantuan orang lain, tapi ngebantu orang lain. Kenapa? Kalo kamu ngebantu orang lain, kamu yang lagi haus values, consciously or unconsciously ngasih nilai tambah ke diri kamu sendiri. Ngebantu bisa dari yang ringan sampe berat, dari mulai ngasih Nenek-nenek pengemis nasi padang (dengan catatan Nenek itu gaboleh makan kolesterol), sampe bantuin ngegulingin truk teroris yang mau ngegiles orang-orang hepi (dengan catatan kamu punya kemampuan telekinesis). Tapi kamu ngerti maksud saya, kan?

Kelima, do something. Gamau ngomong banyak. Kalo saya, gambar-gambar dan bikinin milo setrika buat adek saya. Terus buat proposal nyumbang buku.

Keenam, ini penutup. Ini yang paling penting. Yang paling fundamental. Poin yang sia-sia aja lo lakuin hal-hal di atas tapi nggak ngelakuin hal ini. Dan poin itu adalah:


Cintai diri lo sendiri.


Cliche, ya? Atau hipokrit? Saya tau. Tapi, gini. Menurut saya, setelah saya refleksi lagi dalam hidup saya ... pada akhirnya cuman kita yang ngerti diri kita apa, siapa, bagaimana (meskipun ada alam bawah sadar. Juga Id-nya si Freud. Ah, tapi jangan ngebesar-besarin mereka, ya. Lo bisa selamat kok tanpa lo mikirin diri lo 100 %). Pada akhirnya kalo semua orang milih buat nyakitin lo ... cuman diri lo yang bisa milih buat ga nyakitin diri lo sendiri. Ini, tentu saja, butuh kerja keras. Apalagi kalo berangkatnya udah ancur-ancuran dan depresi beratz.

TAPI JANGAN KETUKER SAMA NARSIS DAN PUT YOURSELF ABOVE THE OTHERS. No-o-o-o-o. Gimana caranya? Jangan kesel sama saya. Tapi saya gak tau.

Hehe
hehe
hehe
he....


Karena cinta orang ke sesuatu itu beda-beda! Apalagi ini diri kita sendiri. Mungkin hal di bawah ini bisa ngebantu. Cara-cara untuk mencintai diri sendiri, yang sudah saya terapkan dan sedang saya terapkan dan belum saya terapkan adalah:

Date with yourself. Q-time.

Hargai diri lo sendiri. Mungkin agak gila nih, tapi saya suka ngelus-ngelus perut dan dada saya (HEHEHEHEHEH) kalo saya fail. Terus bilang "Ngga Bia, lo udah ngelakuin yang terbaik." atau "AYO BIA BISA BIA GO GO GO". Ngomong sama cermin yang mantulin diri lo terus bilang "Ih kamu cantik deh" atau "Ih kumis kamu tampan deh, Manis" itu nggak papa banget, asal gak ada yang liat. Oh ya, nangis itu ngebantu. Kalo ada yang bilang dengan nangis kamu setres, sebenernya mereka yang setres dan gak pernah baca penelitian: nangis itu releasing stress.

Jangan terlalu keras menyalahkan diri atas kesalahan kita. Pernah dengar waktu dan tempat yang tidak tepat? Pernah dengar juga hidup kita tragically terikat ruang dan waktu? Yha. Salahin diri kita untuk menjadi lebih baik, tapi jangan berkubang.

Terus. Maafin diri lo, before maafin orang-orang. Teman-teman, dengan bangga saya mengatakan, ini susah banget. Saya juga masih berjuang keras, nih.

Oh ya. Ini advice yang masih saya gamau lakuin sih (tapi kata temen saya, saya sering ngelakuin ini huft). Tapi kata orang agak narsis dan muji diri sendiri dan sombong dikit itu nggak apa-apa. Tapi ... yah ... jangan banyak-banyak.


Kalau kamu masih nggak yakin, saya pengen kasih kamu fakta: kamu punya banyak waktu buat patah, tumbuh, hilang, lalu berganti. Bikin hari baru itu hari baru. Plis. Kamu itu berharga. Kamu bisa percaya bahwa kamu berharga. Atau kalau kamu menganggap harga itu duniawi, kamu itu eksis. Ada. Dan itu lebih penting.

Lalu, yah ... kamu nggak sendiri, bukan kamu yang ngerasa gak pede sama diri kamu. Percaya lah. Saya juga :) Ratusan orang di luar sana juga. Kamu pikir kenapa saya bikin entri ini? Nggak lain dan nggak bukan, seperti post-post yang pernah saya post untuk menasihati orang lain, ini cuman semacam medium yang akan saya baca ulang tiap kali saya merasa useless, gak ada yang bener-bener ngerti saya, dan gak ada yang mencintai saya di hidup ini.

Jadi. Jatuhlah empat kali. Bangkitlah lima kali. Kalo kata rupi kaur: How you love yourself is how you teach others to love you. Ada yang nggak cinta kamu dengan diri kamu seutuhnya? Biarin aja, emang gak cocok. Oh ya. Setelah semua ini, jangan lupa untuk tetap berbuat baik sama orang lain, ya ...



catatan: baru-baru ini saya menemukan Tuhan. Saya ga ngerti Islam ngelarang ini atau engga (dan saya gak terlalu peduli lol), tapi saya menemukan Tuhan, karena saya sadar pada akhirnya emang cuman ada saya sendiri, tapi saya butuh seorang teman yang adikodrati. Saya gak bisa sendirian. Maka, itu lah waktu bagi Tuhan untuk muncul. Di hati saya. Di depan sajadah saya. Mungkin ini juga bisa jadi inspirasi. :)

Jumat, 01 Juli 2016

Tentang Mengapa Saya Membuat Blog Ini Seperti Blog Ini

Halo! Saya sudah lama gak membuat entri yang berkomunikasi secara eksplisit dan denotasi, ya? Capek juga berjibaku dengan kalimat-kalimat puisi dan pemikiran-pemikiran tinggi, jadi di sini saya akan lebih bercerita saja ya -- memberitahu, sih, lebih tepatnya.

Oke, jadi pertanyaan utama:
Mengapa saya membuat blog ini seperti blog ini?

Jawaban idiot: karena blog ini yaaaaaa blog ini.
N g a d e n g.

Pertama, teman-teman, perlu dicatat, saya yang adalah animal symbolicum dan sebuah zat yang terlibat dalam Triadic Relations --

 (the external project, the product of art, is the connecting link between artist and audience. The work is there in progress, and the artist has to become vicariously the receiving audience. He can speak only as his work appeals to him as one spoken to through what he perceives. He observes and understand as a third person might note and interpret. (Dewey, 1934: 211) 

-- yang mana secara warasnya saya akan selalu MEMANDANG karya saya, output saya untuk memfeed diri saya sendiri sekaligus dikemas untuk dilihat orang lain, maka saya mengemas blog ini sedemikian rupa agar teman-teman bisa merasakan apa yang saya rasakan. Halah. Simpati. Empati. Empedu. Peju-- ups.

Kedua, dari segi penyajian.

mengapa, contohnya, nama blog ini adalah Matari Pagi Hari?
saya pernah menulis puisi tentang arti nama saya. Dan saya hampir selalu, sejak kontemplasi saya waktu itu, mengidentifikasi diri saya sebagai mentari pagi yang redup dan gak sebersinar matahari tengah hari. Tapi saya adalah lambang harapan dan penciptaan awal yang baru, sebuah pemaafan atas hari kemarin dan kesempatan atas hari ini. (Saya adalah Khepri dalam mitologi Mesir. HA-HA)

lalu, mengapa bernuansa Jingga? karena dulu saya mau masuk FISIP UI which means MAKARA JINGGA hehehe heehee gadenk.
karena saya suka saja :) jingga kan warna matahari. kuat, tapi tidak menyakitkan mata. manis... stagnan. canggung. kayak saya, yang ENFJ // ENFP.


Ketiga, kok Bia pasang musik di blognya?
Saya percaya musik bisa membangkitkan nuansa dan suasana. Sejujurnya, sekalian saya sharing, saya bisa mengingat satu peristiwa dengan baik karena tiga hal: penciuman, pendengaran, dan perasaan. Saya bisa mengingat bau Dunia Fantasi dan dapur sepupu saya waktu masih tinggal di Jatibening kalau saya mencium bau serupa accidentally. Ketika mendengar satu lagu yang mengingatkan saya akan apa yang saya lakukan dengan mantan saya.

Dan saya tidak sembarang memasang lagu. Ini lagu-lagu yang saya dengarkan ketika saya berproses kreatif. Ini lagu-lagu yang mengandung emosi saya selama saya menulis dan mengimajinasikan sesuatu: sedih, senang, penuh harapan, sendu, muram, dan sebagainya. Lagu-lagu ini membuat saya memikirkan lanskap hijau sebuah padang atau biru sebuah lautan... Saya cinta Layur dan Gardika Gigih!


Keempat, konten blog saya. Kalau teman-teman baca blog saya dan melihat semua pos ... kalian akan melihat satu hal yang selalu ada dalam konten di blog saya. Paling banter pada puisi. Puisi-puisi saya pun selalu punya satu hal ini. Apakah itu? HEHEHE. Tebak sendiri. Hal itu yang selalu saya jadikan panutan, bahwa hidup bukan hanya soal kegembiraan atau kesedihan yang berdampingan atau berseberangan, tapi juga maaf, kesempatan, dan (((((apa hayo?))))) clue: kotak pandora


Kelima, Kenapa, Bi ... kok header picturenya kaki?
Itu tapak, sebenarnya. Tapi angle yang memungkinkan menunjukkan tapak ya kayak begono. HEHE. Ini melambangkan bahwa blog ini akan tetap ada selama saya berjalan. Saya pernah diramalkan akan menjadi seorang pengembara yang selalu pergi dari satu tempat ke tempat lain ... nomaden. Saya pernah ditarot teman saya, yang bilang: "Jalan menuju jodoh lo cuman bisa ditempuh dengan: perjalanan." jadi hidup saya penuh dengan berjalan kaki -- harfiah atau engga. 

Terakhir ... kenapa shabianurasla.blogspot.com? Kenapa gak pakai nama yang lebih catchy?
HELOOOO, ini blog saya. Harus bernama saya. Ini diri saya versi sendu, versi maya, versi ummm... gelisah namun jujur. Dan btw, dalam Mitologi Mesir (iya a a a, saya lagi jatuh cinta sama Mesir lagi), nama punya kekuatan. Itu merangkum seluruh proses kehidupan kita. Nama adalah shen. Eksistensi. Pengikat pengingat dengan kehidupan yang hakiki. Jadi, shabia nur asla. Nama saya. Karena blog ini proyeksi diri saya.

Jadi, terjawab kan mengapa saya membuat blog ini seperti blog ini? Saya memperhitungkan hal-hal di atas dengan mengalir, tanpa terencana, tapi malah berkesinambungan. Dan yang terpenting, ini semua untuk mem-pleasant diri saya sekaligus untuk membuat teman-teman betah bertandang :) tetap main ke sini, ya, siapa tau kalo teknologi udah maju, milenium ke depan saya bisa kasih minuman coklat ke temen-temen yang berkunjung ke blog saya. hehehehe.



maaf post saya kurang penting. :p