Lucu bagaimana sebuah lagu bisa mengingatkan kita
akan secuplik, sepenggal, sebagian, atau bahkan seluruh fragmen kenangan akan
sesuatu.
Saya yakin, semua orang punya pengingat, semacam
Remembrall dalam Harry Potter untuk kenangan manis dan pahit mereka. Mungkin mereka
punya benda yang nyata: kalung, gelang, foto, lukisan, tetapi bukankah yang
semu tetapi mendalam akan selalu membekas? Bukankah sebuah kecupan di puncak
kepala, rasa ciuman pertama, wajah- “nya” di kala tertawa, dan hangatnya
genggaman, dan hal-hal yang disukainya lebih teringat dibanding sekedar
benda-benda nyata tadi? :))
Saya sendiri, walaupun bukan seorang penggila musik,
musisi, dan yang mendedikasikan musik untuk hidup, punya beberapa lagu yang
mengingatkan saya akan kenangan-kenangan (manis dan pahit, saya nggak tahu. Kadang yang pahit bisa saja
manis, dan manis bisa saja pahit. Aih.)
Saya punya ini:
Hujan
Di Mimpi – Banda Neira
Semesta bicara tanpa bersuara
Semesta ia kadang buta aksara
Sepi itu indah, percayalah
Membisu itu anugerah
Seperti hadirmu di kala gempa
Jujur dan tanpa bersandiwara
Teduhnya seperti hujan di mimpi
Berdua kita berlari
Semesta bergulir tak kenal aral
Seperti langkah-langkah menuju kaki langit
Seperti genangan akankah bertahan
Atau perlahan menjadi lautan
Seperti hadirmu di kala gempa
Jujur dan tanpa bersandiwara
Teduhnya seperti hujan di mimpi
Berdua
kita berlari
Lagu ini, saya gak tahu gimana
awalnya—selalu mengingatkan saya akan kemanisan dan kepolosan hubungan saya
dengan mantan saya waktu kami masih berdinamika sebagai pacar, hihihi. Awal saya
tahu lagu ini karena waktu itu saya sering nulis kata “Aksara”, dan kemudian
salah satu anak pohon (yah jangan heran sama istilah ini) saya, Gretsi
merekomendasikan saya lagu indie Banda
Neira yang berjudul … Hujan di Mimpi. Saya cari di youtube, saya dengerin
baik-baik, dan aduh—lagu ini fluffy sekali! Dan pas banget, saya dengerin lagu
itu ketika gerimis jatuh di jendela hotel (iya waktu itu saya lagi ngejomblo di
Hotel Alila Pacenongan, s e n d i r i a n kok.) dan kemudian … hp saya getar. Mantan
saya yang waktu itu tengah ehm, pdkt sama
saya ngajak saya ngobrol.
Saya langsung ingat dua hari yang
lalu saya pernah duduk sama doi di depan hall terus memandangi lapangan Gonzaga
yang diterpa hujan, dan saya bilang dengan polosnya sama dia, “Dii, kapan-kapan
kita main hujan bareng yuk, lari-lari, gue nyipratin lumpur ke lo. Kuat-kuatan
siapa yang kedinginan duluan. Haha.”
Dengan maksud kode dan rekomendasi
(yak, modus pertama tetaplah kode duh.)
saya menyuruhnya mendengarkan lagu itu. Dan sorenya… dia ngecover lagu itu buat
saya! HAHAHA. Saya terharu, saya fave dan comment, lagu itu masih ada di akun
soundcloud dia sepertinya hwhw.
Intinya, tanpa sadar lagu ini saya
dan dia miliki bersama. Saya pasang status berdua
kita berlari, dan dia pasang status jujur
dan tanpa bersandiwara (dan akhir2nya dia cerita dia pasang kayak gitu
karena dia suka sosok saya yang apa adanya nyaw) dan lalu, saat kita mulai,
ehm, uhuk, pacaran, tanpa janjian kita pasang kata-kata di bio kita: berdua, kita berlari – 11.
Lagu ini mengingatkan saya dengan
waktu-waktu yang saya sering lewatkan bersama mantan saya, dan biasanya selalu
dihiasi hujan (+di mimpi). Mungkin karena kita terus berlari, salah satu dari
kita tertinggal di belakang dan berpisah, kali ya Di? Tapi sekarang saya dan
dia bahagia, jadi… biarlah lagu ini jadi pengenang. J
Untuk Perempuan Yang Sedang Dalam Pelukan – Payung Teduh
Tak
terasa gelap pun jatuh
Diujung
malam menuju pagi yang dingin
Hanya
ada sedikit bintang malam ini
Mungkin
karena kau sedang cantik-cantiknya
Lalu mataku merasa malu
Semakin dalam ia malu kali ini
Kadang juga ia takut
Tatkala harus berpapasan ditengah
pelariannya
Di
malam hari
Menuju
pagi
Sedikit
cemas
Banyak
rindunya
Percaya gak percaya, dulu kalo
dengar lagu ini saya selalu berkaca-kaca, perasaan jadi mendung, dan
ujung-ujungnya saya bakal ngechat salah satu sahabat saya, curhat: “Gue galau
lagi anji**” hahaha.
Pernah dengar yang namanya patah
hati? Nah, agak sedikit klise, memang, tetapi lagu Payung Teduh yang barusan
ini mengingatkan saya pada kekelaman masa-masa pasca-putus. Kehangatan menghilang,
ngeliat doi jalan di koridor di dekat saya aja bawaannya…….. mau kabur, soalnya
dulu sebelum berpisah jalan kan langsung mendekat dan berbagi kebahagiaan,
tetapi pasca putus, jadi seperti orang asing.
Kentutnya, lagu ini berisi inti yang
menceritakan bahwa seorang individu yang sudah kehilangan orang yang pernah
atau masih menyayanginya karena ‘orang’ tersebut sudah pindah ke pelukan yang
lain. Memang situasinya waktu itu nggak
mirip-mirip amat sama situasi saya, tapi tetap saja, liriknya galau dan ada
satu line yang mirip sama keadaan
saya, sudah saya bold dengan murah hati di atas.
Kendati lagu ini mengingatkan akan
rasa kosong, patah hati… saya kini sudah sahabatan kok dengan lagunya J lagipula sayang banget, lagu ini terlalu enak nadanya untuk
dilewatkan, hihi.
Mari Bercerita – Payung Teduh
Seperti
yang biasa kau lakukan
Ditengah
perbincangan kita,
Tiba-tiba
kau terdiam
Sementara
ku sibuk menerka apa yang ada di fikiranmu.
Sesungguhnya
berbicara dengan mu
Tentang
segala hal yang bukan tentang kita,
Mungkin
tentang ikan paus dilaut
Atau
mungkin tentang bunga padi disawah.
Sungguh
bicara denganmu tentang segala hal yang bukan tentang kita,
Selalu
bisa membuat semua lebih bersahaja…
Malam
jangan berlalu…
Jangan
datang dulu terang.
Telah lama ku tunggu…
Kuingin berdua dengan mu.
Biar
pagi datang
Setelah
aku memanggil.. terang…
Aihh..
pencuri kau, terang..
Malam
jangan berlalu…
Ingin
berdua dengan mu..
Telah
lama ku tunggu…
Aihh..
pencuri kau, terang..
Ah. Aduh. Saya gak tahu mau ngomong
apa #ea
Yang jelas, lagu ini adalah lagu
pertama yang disinggung-singgung seseorang kepada saya, entah sebagai kode atau
sekedar rekomendasi, atau kata yang tak terucap—entah, karena saya sedang urung
untuk berspekulasi apa-apa ketika ia menyuruh saya mendengarkan lagu ini.
Dan apa yang mungkin ia maksud
dengan lagu ini, saya rasakan juga. Terutama untuk mendeskripsikan sesi-sesi
tukar pikiran kita yang selalu melibatkan pihak lain (ya, waktu saya suka sama
dia, kami sering berbincang bersama tapi selalu: dalam kelompok yang isinya
lebih dari dua orang alias bukan berdua saja, haha.)
Saya mikir, banyak banget hal yang
harus saya utarakan ke dia, tetapi kita mungkin tengah gak siap untuk berduaan,
karena hubungan kita yang masih prematur (sebenarnya gak bisa disebut hubungan
juga, sih.). dan setiap sesi ngobrol kita selesai, yang saya pikirkan Cuma: “duh,
udah selesai aja, padahal hal yang paling penting belum dibicarain ke doi.”
HALAH, jadi curhat :(
Tapi ya, walaupun pada akhirnya saya
jadi banyak ngobrol sama dia (dan pada akhirnya saya malah ngobrol mulu berdua
sama dia sampe bosen lol nggak deng.), lagu ini saya apresiasikan sebagai
sebuah pengingat akan suasana hati saya yang saat itu tengah ‘berbibit’ :))
P.s: “Dia” di sini bukan mantan saya.
Dia di sini, adalah …. (halo, kalo kamu baca ini!)
Sepasang Kekasih yang Pertama Bercinta di Luar Angkasa –
Frau
Direntang waktu yang berjejal dan memburai, kau berikan,
sepasang tanganmu terbuka dan membiru, enggan
Di gigir yang curam dan dunia yang tertinggal dan membeku
Sungguh, peta melesap dan udara yang terbakar jauh
Kita adalah sepasang kekasih yang
pertama bercinta di luar angkasa
seperti takkan pernah pulang (yang menghilang)
Kau membias di udara dan terhempaskan cahaya
Seperti takkan pernah pulang, ketuk langkahmu menarilah di jauh permukaan Jalan
pulang yang menghilang, tertulis dan menghilang, karena kita, sebab kita, telah
bercinta di luar angkasa
Arti lagu ini dalam buat saya. Karena,
lagu ini memiliki arti yang jauh lebih mengena di balik kata-katanya yang
mungkin terkesan lebay dan njelimet.
Intinya, (ya saya capek nulis dan
saya tengah menugaskan seseorang mendalami lagu ini hyehye.) lagu ini bercerita
tentang dua orang, lelaki dan perempuan yang sampai harus pergi out-of-the-box untuk memadu kasih,
karena apa yang ada di tempat asal mereka nggak
menyetujui apa yang tengah mereka perjuangin.
Dan ini akan mengingatkan saya
selalu pada awal-awal kita merintis dinamika kita berdua, Sayang. (halo, Ris!
HAHA)
(yasss saya percaya keberhasilan
hubungan ditentuin tiga hal: sayang,
effort, & kepercayaan.)
Ya itu saja yang saya punya. Makasih sudah membaca, dan intinya, baiklah suatu kenangan dijadikan sebagai sarana
introspeksi. Sekian :)