September adalah permulaan dari embun hujan,
dan Oktober adalah relung kosong yang menadahinya.
Embun hujan terkumpul saja di dalamnya;
Mengisi, mencukupi, menutup semua ruang yang ada,
tapi tak sekalipun ia khilaf dan luap pada tepi-tepi cekungnya
Aku melihat relung itu:
duduk,
diam,
menangis,
dan memanggil sisa-sisa kasih sayang yang pernah sebegitu relanya mengumpul dalam sebuah likuid--hingga ia luap--hingga ia ruap--dan berharap akan mengisi haus seorang Adam
tapi
embun pagi tak menyahut
demikian pula relung yang susut
dan panggilanku tak ubahnya sebuah gema
yang tak ada
Yogyakarta,
01:25