Akhirnya saya nulis lagi.
Padahal. cuman gabut di rumah. (Gak deng gak gabut, tapi rasanya tuh gabut gimana gitu ya... tapi weh kok jadi curhat?!) pokoknya, saya berada di situasi di mana saya gak gabut tapi ngerasa gabut, namun akhir-akhir ini saya ngerasa gak gabut karena Tugas PPSMB, wahai Jagadhita, sudah turun dari bumantara dan membuat jari saya agak pegel ngetik jawabannya. Ehe.
Ok. Maaf ya sempet curhat ga penting di atas kayak gituh. (O iya, saya nulis ini jam 2:12 AM tanggal 26 Juli................... tentu saja karena habis MENGERJAKAN TUGAS PPSMB. #nguap) (note: dan sekarang udah 3 September LOL HAHA)
Mumpung lagi numpang wifi
Ok. Here we go... I present my endless journey in Jogja, Menapaki Jogja Part 2, BAGIAN SENI-SENI! (dan bukan air seni. catat itu. hmph.)
1. Jogja Art Weeks
(now playing: Mountains by Hans Zimmer)
Cerita ini bermula di suatu hari yang cerah, tatkala saya baru saja menyelesaikan Tes TPA dan saya melihat siluet seorang lelaki. Nampa'nya mirip dengan seseorang yang waktu itu chat saya dan salah satu penghuni pertama Grup Line Antropologi UGM 2015.
Karena saya gak tau diri, dan gak tau malu. Akhirnya pula saya tegur orang itu. Ternyata benar! Dia adalah orang yang sama dengan yang waktu itu ceting sama saya! (Saya memang hebat, padahal dpnya waktu itu pake masker diving. Coba kalo waktu itu pake masker yang dipake nenek-nenek pengusir setan di Insidious, (Radiation Mask btw namanya) saya pasti gak akan mengenalinya #lha #hubungannya #apa?)
OKE FOKUS, SHABIA!
Pokoknyaaa, saya dan dia sempat ngobrol dikit, bersama temannya yang juga lelaki. Tapi saya ngobrol berempat kok, sama teman saya yang satu lagi, namanya Sekar
S: "HEYO WTF!"
A: "YO MY SUPER NIGGA!"
ea ngelawak. nih deh yang bener:
A: "Di PKKH (nyebutin nama tempat yang saya gaada bayangan dimana) juga ada pameran lho. Nanti malem openingnya."
S: *lemot* "Haa? Pameran apa? Seni juga?"
A: "Iya seni." (note: semua cowo kalo jawab irit banget. ) "Aku sama Adi *nunjuk temennya* mau ke situ"
S: "OOOO"
A: "....."
S: "PKKH itu dimana? Emang kamu panitia?"
A: *gak inget jawabannya* "Ituu dekett.. PKKH deket Graha Sabha Pramana itu loh."
Lalu saya terdiam. Kemageran saya membuat saya berpikir, PKKH yang nama tempat itu huruf konsonan semua itu pasti bagaikan di luar planet (jing gue lebay banget. maksudnya jauh) dan akhirnya saya memutuskan buat pulang................ setelah Alwan kasih Art Map.
DAN SAYA TOLOL. HARI ITU SAYA GAK KE OPENING JOGJA ART WEEKS, YANG JELAS JELAS ADA MBAK FRAU. DAN ADA ANOTHER TRIP TO THE MOON-NYA MAS MAEL. BESOKNYA SAYA JUGA BARU NYADAR.........................
..................PKKH UGM itu depan Grha Sabha Pramana. Persis. Kalo jalan gak nyampe 15 menit, kalik. Hati saya bagaikan tertohok. (Kalo ini beneran geregetan sama diri sendiri, karena saya oon banget heu emang. Hilang sudah kesempatan saya bertemu mbak Frau)
Akhirnya di suatu malam yang cerah itu saya bilang Sekar saya minta ditemenin keesokan harinya ke PKKH UGM ;__; beruntung, Sekar mau menemaninya. Dan besoknya, ternyata banyak ugha yang mau ke PKKH. Ada Sekar atau Echa, ada Yaya, dan ada Iin.
INI NEH PKKH mas bro #masihgondok |
Give us more space!!! |
teman baru yang Insa Oloh sejiwa, Aliyah Sekar! |
RI-SAIKEL (recycle) |
kisah tentang seorang supir angkote |
have we see our truest reflection? |
kisah si gundul |
#okelah |
bagaimana melukis keluarga yang Alhamdulille, Sakinah Mawaddah Warohmah! |
focus on your subconsciousness and hear the voices that ears cannot fathom |
Ojo Mlaku Mlaku |
(now playing: Sevenchords - Lagu Tidur
Daaan, itu baru JAW! Ada lagi Art Jog, dan karena saya gak mau berlama-lama ngetik, saya langsung pamerin foto aja yah. Intinya saya waktu itu nemenin si kucrit Smita Tanaya ke Art Jog berdua doang kek lesbong padahal lusanya dia Utul :)) untungnya sekarang ia udah menjadi #MabaCantiqueJPPUGM2015, #YokGANdiFOLLOW!
kepada congklak, yang lobangnya sudah jarang dimainkan (eh lha kok terdengar salah ya...) |
#SalonGRATIScyin Rocking Shave. |
ayo bekerja keras, mengayuh asa, juga mimpi Saksikan lentera cita-cita nyala, juga mati Tidak ada Tidur Untuk Hari Ini: No Bed Rest for The "Wicked" |
kepada Padi dan Agrikultur Endonesa~ |
The Tree of Hope, Yoko Ono. |
Meditative Space kamu bisa shalat di dalam sini, dengan diiringi sarkasme tentang Spiritualisme. |
The Hidden Life of Things, untuk melihat kepala Sang Wayang dan melihat latarnya. |
selamatkan situs boedaja. History N Destiny. J A S M E R A H |
PIPO BOCOR! negeri ini subur dan kita hidup di atas air. Namun mengapa air diprivatkan? |
untuk kekreatipan, rangqai idemoe di zini. |
aTAS NaMA gRAMMar, atas representasi. |
no more boundaries |
sebuah proyek, dimulai dari Titik Nol Jogja, untuk memaknai sebuah perjalanan. |
orang terbalik sama dengan agitator. anjing ialah perlambang loyalitas, namun sirnanya individualitas. "Stempel agama, ras, politik, budaya, terus melekat pada kita." Memorial Landscape #2 |
ko-d e. |
Atas Nama Daun (Ganja), mari memuliakannya. Bukan sebagai kriminalitas, tapi sebagai sebuah pemaafan atas nama Hak Asasi. |
moeterrrr moeterrrr |
Para Pencari Kehebatan tidak lagi mencari info dan referensi di dunia realitas, tapi dunia virtual. Fermentation of Nose, hidung P I NO K I O. |
Atas Nama Agrikultur Endonesa, sebua paradok'z |
ATAS NAMAAA GANJHAAA |
perspektif monoton? |
menginjeksi berbagai warna kepada wadah: kita. |
i..... .........C....... ....u |
sALAM DarI PluTO! esensi sebuah karaoke, mengevaluasi kedekatan. |
jalasveva jayamahe, kepada jaring jejaring maritimue |
sistem binokular? |
untuk selalu bermimpi, yang bergerak dan takkan alami stagnansi |
Saya suka Art Jog. Banget. Kalau dipikir-pikir, pameran lain yang juga turut mengendap di hati saya, Aku Diponegoro tidak semasif ini, meski telah mencengangkan saya juga. Kedua pameran ini menyentuh saya dengan cara mereka sendiri.
Art Jog, karena diciptakan begitu dekat dan interaktif dengan pengunjung: menawarkan semacam hubungan yang tercipta antara karya seni dan pengunjung, agar menikmati. Dari mulai No Bed Rest for The Wicked yang bisa dikayuh, Pipa Bocor yang kalo pipanya diteken airnya muncrat entah dari mana, History N Destiny yang punya bunyi Gong yang gaungnya menembus batas-batas spiritual saya yang hipokrit dan tamak, untuk lebih peka mencermati budaya yang nyaris punah.
Bergerak dari hati saya yang tersentuh oleh karya-karya di sini, saya tak menyesal ngunjungin Art Jog dua kali. Untunglah saya akan tinggal di Jogja, kota seratus pameran seni :))
baik.
sudah final.
Intinya, terima kasih Allah karena saya kini sudah menetap di Jogja.
Terima kasih juga untuk pembaca mau membaca entri, walaupun saya tidak akan pernah tahu siapa saja yang mengarah direksi ke sini.
Saya sayang kalian!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar