Perlukah kita memanggil malam, mencuri sepi, menyiasati
waktu, menyambangi jarak, hanya untuk melontar kerinduan dan merangkul gigil
yang rambati iga kita?
Hendakkah Semesta menahan gerimisnya, redakan panasnya, mengacau
sirkulasi oksigennya, hanya untuk ciptakan samsara dan derita agar kita tak
semudah itu mengecap moksa?
Kita sadar, jagat yang satukan kita adalah jagat yang sulit
untuk kompromi
Kita patuh, alam yang beri pertanda akan kita adalah alam
yang juga suka sembunyikan makna.
Namun kita tak peduli; kita berkikik-canda, bergurau,
sentrifugal ke ruang angkasa, kemudian berhenti di Phobos dan Deimos dan mulai
mengitari Mars. Kita lihat Venus bagai kejora petang yang kesepian tanpa teman. Elongasi tak berlaku. Andromeda bagaikan satu mikrokoma yang bisa kita raih tanpa jemu.
Tak ada jalan untuk kembali, tetapi kita santai sambil mengongkang kaki
Lalu: kita mengecup busur sesama, berpeluk serupa Ares
Aphrodite di ranjang penuh jebakan, kita tak peduli, kita adalah dua yang tak
sudi mati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar