Senin, 24 November 2014

Dialog: Hujan dan Gadis (I)

EXT. PADANG RUMPUT - SENJA                                                                                                         

Kaki telanjang itu melangkah perlahan, membelah ilalang berembun, hingga sampailah ia ke tengah padang, di bawah pohon oak. Matanya nyalang menatap embun yang menggores.

GADIS I
(tersenyum kecil)
Saya suka hujan.

Hujan bergumam senang. Makin deras saja ia meraja.

GADIS I
(senyumnya luntur)
Tapi, saya benci hujan.

Hujan berhenti berelegi sejenak. Aduh biyung, ia jadi bingung.

GADIS I
Kamu tau, hujan? Hati tak pernah bohong.
Kala hujan turun, ia bermetamorfosa
 menjadi wadah tadah hujan.
Jujurku terbukaku, Aibku ia paku.

Hujan mendengarkan.

GADIS I
Tapi, hati yang jujur adalah hati
yang melukai hati yang lain. (Dan 
ketika hujan turun dan belah jiwaku
menjadi jujur, aku baru tau
tadahnya menyerong bukan padaku
pada jujurku terbukaku.)

Hujan masih pasang telinga. Tapi tak ada suara yang berirama. Ia pasang mata di rintiknya yang jatuh ke bumi, mengintip dahan-dahan pohon oak yang menyembunyikan si gadis.

Hujan terpana. Hanya ada kaki yang tak menapak, tergantung terayun rinai-rinai dari bareksanya.

FADE TO POHON OAK, PULL FOCUS GADIS TERGANTUNG

FADE TO BLACK