Rabu, 02 November 2022

Beruntung

aku gadis yang sangat beruntung.

terselamatkan oleh banyak hal. 

kukira kapal penyelamatku paling besar adalah mama, karena berkatnya aku punya prinsip dan perspektif yang cukup kuat untuk menghadapi hidup ini. untuk merasa dikasihi tetapi tidak dimanjakan, dan menikmati hal-hal yang meskipun bukan kemewahan, tetapi tetap menimbulkan kenyamanan. mama adalah ibu yang sudah siap jadi ibu. orang tua yang sudah siap jadi orang tua. semakin dewasa, aku melihat ada banyak orang dewasa yang tidak siap jadi orang dewasa, apalagi jadi orang tua.

kapal penyelamatku yang kedua adalah, aku hidup di ibukota dan lahir dalam keluarga kelas menengah yang dikelilingi oleh keluarga-keluarga kecil dengan ekonomi menengah ke atas.  

aku beruntung karena aku hampir bisa merealisasikan mimpi-mimpiku dan hal-hal yang kubatinkan tanpa susah payah. aku bisa diterima kampus yang kuidamkan. bisa pergi ke sebuah negara yang kuimpikan sejak kecil. bisa menginjak benua Eropa beberapa kali, tanpa pernah pakai uangku secara penuh. aku bisa keterima beasiswa di kali pertama, keterima sekolah di kali pertama. aku hampir pasti masuk ke beberapa kesempatan belajar semasa kuliah dulu, meskipun pernah ditolak juga. aku diterima pekerjaan yang sekarang tanpa melamar secara sengaja.

keberuntunganku adalah alasan mengapa aku tertarik dengan konsep ekonomi solidaritas. bahwa ekonomi yang melingkupiku (karena hal-hal di atas dimungkinkan dan memerlukan hubungan transaksional juga) dapat terbangun karena banyak jejaring pengaman yang dibangun dengan landasan kepercayaan yang dibangun dari keseharian. itu lah mengapa pendulum tentang keberuntungan ini selalu bergerak bolak-balik dari kutub kesempatan dan kepercayaan. dan energi geraknya adalah solidaritas. dan karena keberuntungan ini pula, aku selalu merasa gelisah untuk membentuk ruang yang sama: ruang yang berisi harapan, dibangun dengan prinsip solidaritas, dan dimotori dengan keadilan. 

memperoleh beasiswa tak perlu les atau mentorship yang dibiayai. hanya perlu beberapa kelompok belajar yang tentunya datang dari aneka ragam privilese dan kemampuan untuk berbagi secara gratis, misalnya. 

aku berharap keberuntunganku ini akan semakin menyuburkan keinginanku untuk berbagi dan membentuk ruang-ruang solidaritas. dan semoga aku bisa mewujudkannya. amin.