Minggu, 11 Januari 2015

Tak Sudi Mati

Perlukah kita memanggil malam, mencuri sepi, menyiasati waktu, menyambangi jarak, hanya untuk melontar kerinduan dan merangkul gigil yang rambati iga kita?

Hendakkah Semesta menahan gerimisnya, redakan panasnya, mengacau sirkulasi oksigennya, hanya untuk ciptakan samsara dan derita agar kita tak semudah itu mengecap moksa?

Kita sadar, jagat yang satukan kita adalah jagat yang sulit untuk kompromi

Kita patuh, alam yang beri pertanda akan kita adalah alam yang juga suka sembunyikan makna.

Namun kita tak peduli; kita berkikik-canda, bergurau, sentrifugal ke ruang angkasa, kemudian berhenti di Phobos dan Deimos dan mulai mengitari Mars. Kita lihat Venus bagai kejora petang yang kesepian tanpa teman. Elongasi tak berlaku. Andromeda bagaikan satu mikrokoma yang bisa kita raih tanpa jemu.

Tak ada jalan untuk kembali, tetapi kita santai sambil mengongkang kaki


Lalu: kita mengecup busur sesama, berpeluk serupa Ares Aphrodite di ranjang penuh jebakan, kita tak peduli, kita adalah dua yang tak sudi mati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar