Kamis, 24 Agustus 2017

Jagad adalah Jantera

konsep memiliki dan dimiliki memang sesuatu yang indah, saya berani jamin. tidak menjamin secara berturut-turut, pasti, tapi ada momen yang indah dalam hubungan dimana kamu saling memiliki dan dimiliki dengan kekasihmu. cliche, tapi saya pikir ini benar. bahkan indah ketika pdkt, itu sudah termasuk.

merayakan 1 tahun single (Wah, waktu berlalu begitu cepat, ya), saya beberapa menit yang lalu tengah ongkang-ongkak kaki sambil menyeruput coklat hangat, berpikir, "apa yang saya rasakan dalam satu waktu kosong dan hanya memiliki diri saya sendiri?" jelas, saya telah melalui banyak hard time dan masa kesepian yang cukup lama... tapi saya bertahan. kemudian kebetulan saya memiliki kawan-kawan yang baru saja berpisah jalan dengan seseorang yang pernah menjanjikan. saya sudah lama ingin mengulas dan bercerita tentang bagaimana saya berkutat dengan masa-masa pasca-putus saya yang cukup berat. post ini agak sedikit curhat dan menye. gapapa ya? :))
.
.
.
.
sebelum saya bertutur, ada baiknya kita berfokus dulu pada dua kalimat ini:

----------- pertama, tiap orang memiliki cara yang berbeda untuk mulai menyayangi, dan tegas mengakhiri (atau dalam term populernya, move on.). ada beberapa kasus orang lempeng-lempeng aja gitu ninggalin cowonya, padahal doi dulu sampe nangis darah sama saya kalo mereka berantem. ada juga yang move onnya berwindu-windu (gak deng saya lebay), padahal dia tipikal lelaki dingin dan pleiboi. we have different duration and ways in keeping things and let go things.

----------- kedua, tidak bermaksud menjustifikasi; saya ini orang romantik yang despret, a.k.a hopeless romantic. maklum, kebanyakan berkecimpung dalam kepuitisan dan adegan cinta di beberapa media populer, jadi ideal saya tentang lelaki dan hubungan rada mbelibet dan mbleketrek.

ketika setahun yang lalu (singkatnya) saya tahu saya akan mengambil jalan yang berbeda dengan kekasih saya waktu itu, Jagad Kecil saya hancur. hancur luar dalam. saya masih inget, kok, saya turun hampir 7 kilogram dalam waktu sebulan, setiap malam nangis terus (sampai teman saya yang biasa melihat keadaan saya di pagi hari udah familier sama mata saya), kerjaan saya nulis puisi dan merenung, dan saya melakukan hal-hal ekstrem. Hal ekstrem tersebut, katakanlah: naik Gunung Andong padahal lagi musim hujan, ngecat rambut, nyetir motor sampai Gunungkidul, hingga tibatiba banting setir jadi barista di sebuah kedai kopi. Ha. Orang bilang kita bisa menembus limitasi diri kita dalam kondisi ekstrem. Well, saya sudah membuktikannya. Dan teman-teman, I will tell you this: for those of you who tend to love someone soooo deep, atiati aja, lama move onnya :( saya salah satu yang termasuk dalam kondisi itu, dan i was going to a long, exhausting period -- yet it gave me something eventually.

Eniwei, tentu saja, saya sendiri gemas dengan diri saya, dan saya juga eneg berada dalam kondisi itu. rasanya saya pengen hibernasi aja beberapa bulan, lalu ketika saya terjaga, saya sudah gak memiliki perasaan lagi terhadap mantan saya. tapi tentu saja sistem hati dan semesta gak segampang sistem binomial nomenklatur. jadi saya mulai merumuskan hal-hal yang akan membuat saya better ... pelan-pelan.

Here the words for you, little soul who are in a exhausting, painful state, aku cuman mau bilang kata cliche ini dulu: everything is gonna be okay, ga menjamin kapan, but time will heal, time will make you growing and blossom and bloom -- sekali lagi, gak ada yang tau kapan. untuk mencapai tahap tersebut, ada satu hal gak enak yang harus kita lewatin.

telen dulu paitnya, kalau kata Adhia. telen. kekasihmu selingkuh sama cewek yang lebih cantik? ya sudah, telen paitnya, kemudian interpretasi: mungkin kekasihmu emang pada dasarnya lebih doyan sama tampilan yang lebih mentereng dibandingkan kamu, and you're not good enough in his eyes (jadi ya kamu cari aja orang yang bisa melihat tampilan jauh uh uh seusai quality of yours). lelakimu tau relationship kalian ga bakal workout, kendatipun dia adalah orang yang tadinya mempertahankan hubungan kalian banget? ya people changed. mungkin dia juga sudah kepingin cari yang baru, dan kamu hanyalah representasi dari kelawasan yang ia ingin langkahi? gak apa-apa, telen aja. kalau kamu salah, ya telen, kalau dia salah, ya telen juga.

abis telen, refleksi. di masa-masa melelahkan ini adalah saat yang tepat untuk mulai membenahi diri, karena hei dude kamu lagi punya diri kamu sendiri tanpa otoritas orang lain, lho. perbaiki hal-hal buruk yang dulu emang kamu pelihara. embrace hal-hal positif, dan bangun lagi aura serta atraktivitas yang kamu punya ... refleksi dan nikmatin.

jangan deny. masih terkait dengan poin satu, denial memang normal step dari 5 state of grief, tapi jangan lama-lama denynya. kadang ada beberapa orang yang deny perasaannya, bilang sudah rampung menyukai seseorang, tapi masih sering mencari keberadaannya di sudut-sudut familier. gak apa-apa, kok. kalau kamu masih mau ngestalk atau mikirin dia, bukan hal yang salah sama sekali. it's like you have to stop eating one thing that you loved, tapi kamu harus berenti. kamu pasti automatically bakal mikir makanan itu kapanpun kamu bm, kan? gausah dideny, tapi jangan sampai hasrat-hasrat bodoh buat kontak dia bikin kamu kelewat batas.

sisanya, hal yang bersifat sangat teknis sekali: cari teman, cari kesibukan, cari katarsis (ini penting), give yourself some quality time, tonton videonya TED, Button Poetry, dan In a Nutshell, baca puisi dan buku yang relate sama keadaan kamu. Dan banyak-banyak melalukan prosesi makan-tidur dengan lebih teratur.

saya punya beberapa hal ala saya yang ngebantu saya. pada dasarnya saya ini anak yang percaya mitos, jadi begitu putus, saya menghijrahkan semua barang dari mantan saya (kecuali pelbagai buku dan sebuah kamera) ke dalam kardus khusus. saya ingin mulai hidup tanpa dia, jadi representasi atas dia pun harus saya jauhkan dari ruang privat saya: dari kamar tidur saya. saya juga buat jurnal, judulnya "Post Break-Up Survival Journal". Alay, sih, tapi it helped me a lot. saya bercita-cita akan melihat kotak itu lagi tatkala saya telah siap dan tidak merasa tercabik lagi. beberapa menit sebelum menulis post ini, kotak itu baru saya buka. Hehe. Saya banyak menulis. tulisan privat maupun renungan yang saya post di blog ini. Jadi, teman-teman pun bisa mencermati 'Dark Age' saya melalui post-post blog ini.


intinya begini, masa putus cinta itu memang saat yang tepat untuk dijadikan titik balik, karena seolah kamu kehilangan pegangan kamu, gitu, lho. tapi ketika kamu telah berada dalam tempat yang melampaui rasa-mu ini, kamu akan tahu betapa leganya, dan betapa dewasanya kamu saat ini. berefleksi lagi pada pengalaman saya, saat ini saya memang tengah berada dalam periode mellow--saya kesepian dan sometimes itu menyedihkan, tapi saya telah menguasai satu hal dalam ranah sifat yang cukup membawa keberuntungan bagi saya. pada akhirnya, semua itu akan membawa hal yang lebih baik bagi kamu dan kekasihmu, kok.

.
.
.
Mungkin bukan sekarang, karena kamu butuh waktu untuk benar-benar menetralkan perasaan. apabila kamu memang ingin mengambil seribu langkah atau mencegah dia melihat profile kamu di media sosial, itu hak kamu. do what you want, tapi jangan kekanakan, ya. ga ada yang salah dengan menyayangi orang begitu lama sampai gak bisa move on. Jantera Harsa pada akhirnya pun akan membawamu kembali ke putaran yang di atas... berdoa saja ini dalam ranah percintaan.


Selamat satu tahun dalam memiliki diri sendiri, Shabia-ku :) (hehe)
Salam hangat,
Shabia.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar