Jumat, 15 Juli 2022

yuk, menulis, yuk





adalah di tengah perjalanan menuju sebuah desa aku mendengar percakapan yang menohok. bahkan percakapannya sedang tidak melibatkan diriku, tapi terasa begitu personal. kami berempat di dalam mobil, tiga perempuan satu laki-laki (termasuk aku), dan seorang perempuan muda berdarah Sumba tengah memuji tulisan seorang berdarah Jawa yang memegang kemudi. Alkisah, lelaki ini rutin menuangkan resah pikiran dan refleksinya di dalam blog, dan perempuan ini melihat tulisan-tulisan itu di blognya. dapat kusimpulkan bahwa perempuan merasa tulisan-tulisan ini sangat inspiratif sebab ia mengingat sebagian besar di antaranya.

"bagaimana bisa merangkai kata-kata dengan kemasan yang bagus seperti itu?" kurang lebih pertanyaan si perempuan muda begini.

si laki-laki tampak sedikit rikuh (mungkin karena canggung dan situasinya cukup gemas bagiku waktu itu, seperti jumpa fans) tetapi senang, "gimana ya, sering-sering menulis saja dan sering-sering membaca. dua hal itu gak bisa dipisahkan." 

mereka lantas membahas beberapa tulisan yang kusimpulkan adalah momen-momen penting bagi si lelaki dan si perempuan mengeluarkan kata-kata yang menohok lagi, "tapi aku jadi bisa melihat di dalam diri abang (nama lelaki ini) bahwa hatinya lembut," lalu pikiranku melayang ke saat-saat di mana ada beberapa orang yang datang padaku untuk membaca, sepakat, dan terinspirasi dari tulisan-tulisanku. aku bahkan dipertemukan dengan beberapa orang yang mengaku telah membaca blogku sedari dulu dan berbagi perasaan yang sama. aku teringat pernah berkorespondensi dengan dua teman perempuanku saat kami sedang patah hati dan melihat relasi perempuan-laki laki, merasa belajar banyak dari kedua dara muda itu. aku mengingat momen-momen di mana saat merasakan sesuatu, ada sesuatu yang membuncah di dalam diriku untuk segera dituangkan dan hal pertama yang kulakukan ketika sampai di kos adalah menyalakan laptopku lalu mulai menulis, sebelum ide-ide itu menguap begitu saja. tulisan telah menjadi teman dekatku selama bertahun-tahun, membuatku bangkit dan jatuh juga, untuk segera bangkit lagi. tulisan membuat hidupku jadi lebih lamat-lamat dengan cara yang tak kuketahui sebagai sesuatu yang kubutuhkan.

*menghela napas

keinginanku untuk menulis (rutin) (lagi), yang personal dan serius, sebenarnya juga sudah meretih menjadi api-api kecil saat seorang kawan laki-laki berkata di dalam DM-ku, "aku kangen tulisan-tulisan reflektifmu, ada yang baru gak nih sehabis jalan-jalan? kayaknya seru banget turun lapangannya ..." kupikir ini bukan sebuah kalimat godaan, tetapi kalimat tulus yang suportif pada tulisan-tulisanku, bahwa curahan hati gak jelasku ini cukup layak baca dan masih berisi emosi-emosi yang kuat (dan mungkin valid? hahaha). pertanyaan ini menjadi sentilan bagiku tetapi belum kuperiksa lebih lanjut.

oleh karena itu, ini rencanaku: menulis reflektif via notes hp atau jurnal yang bisa kubawa kemana-mana, lalu kuunggah ke blog ini, dan menulis versi serius tentang pangan ke blog lainnya: ke Jaladwara, meskipun aku punya rencana memisahkan konten-konten soal pangan ke blog bernama rekampangan (ps: aku terlibat masalah teknis untuk membuat situs web wordpress yang punya template apik, jadi sepertinya aku akan pakai domain blogspot aja). 

rencanaku yang pertama tidak mau kurincikan, karena prosesnya nanti gak organik, sedangkan rencanaku yang kedua akan ku-jembreng segera setelah urusan duniawiku usai, sebab ini adalah nazar menuju Shabia yang Lebih Cerdas 2022 sesaat setelah ia diberi kesempatan oleh Tuhan untuk menginjak bumi yang lebih luas! :) (tentang ini akan kuceritakan lain kali saja, intinya, kawanmu ini dapat kesempatan untuk pergi sekolah lagi di tahun depan... yey)

Doakan aku, kawan-kawan, dan terima kasih atas percakapan yang mengilhami, wahai teman-teman yang kusebutkan di atas (meskipun belum tentu kalian akan baca ini).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar