Jumat, 25 Desember 2015

Lately Thingy



Halo.
Maaf karena kesibukan sehingga lupa mengupdate blog.

I've been so busy on the last three months, ngurusin dari mulai AIESEC, pelajaran, jalan-jalan sama temen dan pacar, acara LEM, submisi karya, dan lain-lain. Ini minggu tenang, tapi saya juga sibuk...........sibuk leha-leha. Ehehe.

Dan saya gak akan nulis panjang-panjang, karena saya capek dan hanya punya waktu sedikit, tapi saya bakal upload apa yang terjadi dengan hidup saya belakangan ini -- hanya untuk mengingat bulan yang luar biasa ini :)


First one is, Inaugurasi.


Inaugurasi adalah acara yang bertujuan untuk mempererat hubungan antara 11 jurusan di Fakultas Ilmu Budaya, dan juga untuk saling unjuk gigi.

Antropologi Budaya, dengan Naskah Pesan Pertiwinya, Alhamdulillah beberapa kali masuk nominasi (ya meskipun gak menang) sebagai Ide Terbaik (hmm saya bahagia mendengarnya), terus satu lagi saya lupa nominasi apa, dan kita menang sebagai juara Poster!

Pesan Pertiwi berisi 3 babak, menceritakan tentang Bumi yang semakin ranggas, lalu perseteruan antara Kaum Adat dan Para Futuristik.

Saya berperan sebagai Kalawa, gadis Dayak yang penuh amarah dan berontakan, namun tetap tak bisa berbuat apa-apa ketika ditekan para futuristik.

Greetings from Kalawa!
Ketika Pertiwi memberi ucapan terakhir
Kalawa sok galak


"Seharusnya kita dahulu bersatu."
"....Sudah Terlambat...."


Ki-ka (bawah): Eka sebagai Ni Made, Edo sebagai orang Irian, Ami sebagai Hayati,
Fetty sebagai Pertiwi, Sekar sebagai Sri, Shabia sebagai Kalawa.

Ki-ka atas: Aya sebagai Pempem, Ulfa sebagai Pompom, Dwi sebagai Lollie, Titik
sebagai Lillu, Dipta gatau apaan.


Oke, let's move to the second events.
International Different Abilities Day (seharusnya International Day of People with Different Abilities but I decided to make it shorter) oleh Do Something Indonesia, Yayasan Percaya, dan Kota untuk Manusia. Dilaksanakan di Panti Asuhan Bina Siwi, Bantul, Yogyakarta.

Karena kita adalah sama-sama makhluk Tuhan,
perbedaannya: masing-masing diberi kelebihan dan kekurangan

Putih Kuning. Indah

I am Purrrfect with My Imperfection.
We Are The Same, karena kita #AntiDiskriminasi

orang-orang yang beruntung

Kita foto dalam rangka punya elemen etnik etnik keyen HAHA 
:) part 1

:) part 2

Di Panti Bina Siwi, ada tiga macam difabel.
Tuna daksa, Tuna Rungu, Tuna Grahita. (sebagian besar)
tapi mereka hebat-hebat, bisa main alat musik, bisa main band. :)

:)
I cannot tell you how I felt at that time, I feel sad yet so happy because God has given me something worth at that time. I could see myself as someone prestigious because There are so many unlucky people right there and they're still can embrace their own ability. Kenapa saya engga?

Dan last one, karya saya masuk submisi.

HEHE.



Emang masih jelek. Tapi at least udah bisa jadi batu loncatan untuk submit ke karya2 selanjutnya. Saya bikin ini 4 hari 3 malem, dengan tambahan satu hari buat siapin rak, cermin, kacamata-- dengan bantuan Faris dan Alwan, dua orang yang sangat berjasa!

Terus saya seneng banget karya saya ini dikunjungin sama beberapa teman dekat saya, which means they're care with my artworks: itu yang dicermin Bagas, difotoin Shelly.

-----------{ JUDUL: PEWARTA DI BALIK PERISTIWA
Media:
1.       Kanvas (4 x 30x30 cm), Cermin, Rak, Kacamata.
2.       Akrilik & Mix Media

Bentuk Karya:
Ilustrasi Non-Digital
Tiga Dimensi

Deskripsi:
Jakarta sering diidentikan dengan kota metropolitan yang hiruk-pikuk, banyak masalah, tak ada ruang untuk relaksasi. Kaum yang menetap di sana adalah mereka yang selalu dirundung stress dan durja.
Lukisan ini berusaha memutarbalikkan “durja” tersebut, bahwa “kaum” yang menghadapi problematika tersebut justru telah menjadi matang dan tahu bagaimana menyiasati problematika setelah melalui waktu-waktu sulit dalam hidupnya. Ia malah menafsirkan kesulitan tersebut justru sebagai kebahagiaan.
Tokoh yang berwarna separuh hitam separuh putih ini adalah pewarta, bahwa di balik kesulitan ada kebahagiaan, ada hikmah dalam peristiwa (kota). Ia mengandung Hitam-Putih karena seimbang; lambang yin-yang dan perspektifnya sudah tidak membaur dengan ke-riwehan­-kota. Karena di balik kemacetan, ada waktu relaksasi. Karena di balik kemiskinan dan krisis pangan, ada imajinasi yang berkembang: kerupuk menjadi ayam KFC. Karena sampah telah menjadi harta karun, dan banjir telah menjadi arena waterpark.
Semua masalah ini bermuara pada satu pertanyaan, apakah masalah terbesar di Jakarta, dan bisa kah masing-masing dari kita mulai menjadi pewarta hitam-putih untuk berefleksi apa atau bagaimana makna masalah Jakarta yang sesungguhnya terjadi? }---------

Tapi untuk ke depannya, saya pengen coba media lain: fotografi, instalasi, dan mix media. Karena saya juga engga jago jago amat mengolah cat huehehe, lebih bisa bermain dengan makna. Doakan ya.


Honestly I still have many nice experience in this month, but I decided to tell you in the next time we meet. Sampai berjumpa lagi, Salam Filosofi Gunung.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar