Senin, 27 Juni 2016

farji tak pernah lupa


cr: Samarel
 
Sungguh aneh seorang perempuan itu: ia mengingat bagaimana dulu ia merasakan empati atas Ibunya yang terpaksa merenggut cinta bayinya yang tulus pada rahim dengan mengeluarkannya ke dunia, membuat liangnya tercabik, dan kini, saat bayi itu tumbuh menjadi perempuan dewasa yang matang pada raganya, saat lelaki itu dengan sempurna mengisi lembabnya, memenuhi liang-liangnya yang selama ini hampa, kemudian membasahinya dengan jutaan sel serupa kecebong yang akan berjibaku pada rahimnya—hatinya meminta agar lelaki itu tidak merenggut gemasnya pada rahim yang akan mengulang kisah ibunya. Ia ingin lelaki itu senantiasa di sana, karena rahim mengingat. Rahim tak berkhianat. Sekali ia tercabik, maka ia akan menyimpan dalam memori. Dan sesederhana itu, begitu lah perempuan itu akan merasa penuh, penuh yang bukan orgasme  melainkan yang suci, dan mulailah ia menangis—ia mengerti percintaan ini akan habis dan lelaki itu akan menyudahi persetubuhan mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar