Sabtu, 01 April 2017

Untukmu: Si Ujung Spektrum

pada akhirnya aku berani menulis surat ini, karena ku tahu kesempatan agar surat ini dibaca olehmu sedikit sekali. aku merindukan kamu. akhir-akhir ini sering, sih, sebenarnya, tapi aku tak jujur saja -- dan tahukah kamu? aku hampir memimpikan kamu setiap malam. lucu, ya. padahal aku tidak pernah terlihat galau di setiap keseharian kita. aku tak mau sedihku tampak. tapi ternyata alam bawah sadarku berusaha menyeimbangkan kepura-puraanku. kamu muncul terus dalam bunga tidurku setiap malam, tuh. dan aku pernah bilang di post-post sebelumnya, aku sebenarnya agak membenci mimpi indah. karena begitu dihadapkan dengan kenyataan di mana keindahan tersebut bahkan tidak eksis, mimpi buruk yang sebenarnya justru menjelma.


aku tak pernah tahu mengapa rasa itu, hingga detik ini masih terpelihara. bahkan ketika aku melihat kamu semakin baik-baik saja (dengan keadaan ini). bahkan ketika kudengar kau sudah memiliki "target" yang lainnya. bahkan ketika kau juga semakin luwes-luwes saja bersentuhan denganku di depan umum, tanpa ada maksud khusus (dan aku tak tahu harus sedih karena kamu memperlakukanku sama dengan gadis lainnya atau harus senang karena kamu masih berani menyentuhku).


aku tak pernah mau jujur padamu, dan kau pun juga tak peduli kayaknya, tetapi, aku memang menaruh hati padamu sejak lama. sejak hatiku masih dimiliki orang lain, bahkan. tetapi memang rasa itu tak pernah kutengok, tak pernah kuseriuskan. baru ketika beberapa bulan lalu situasi itu berubah dan kesempatan itu ada, aku benar-benar jujur pada diriku sendiri dan aku tidak takut lagi mengumbar apa yang sudah tergambar. aku suka sosokmu yang sederhana. yang bisa menempatkan diri dengan leluasa. mungkin kalau aku boleh jujur, kamu adalah orang yang paling mendekati sosok lelaki yang kubayangkan di masa depan. wawasanmu luas, dan aku menemukan visi kita banyak yang sejalan. oleh sebab itu aku paham kita juga cocok sebagai teman, sahabat, atau istilah kedekatan apapun itu. aku suka caramu memandang suatu persoalan. dan bahkan, aku salut padamu ketika kamu berusaha untuk menyembunyikan masalah-masalahmu di balik matamu, di balik tawamu yang selalu ada di setiap keseharianmu (kamu memang humoris. dan lucu. dan menarik. ya ya ya. di surat ini aku akan banyak menyanjungmu.). dan mungkin, sisiku yang selalu mencoba altruis, tertarik dengan sebuah pertanyaan: apakah di balik kebahagiaanmu dan ke-publik-anmu (ya, kamu adalah orang yang sangat publik, kadang dimiliki bersama, orang suka tertipu dengan citramu yang "tersurat"), apakah kamu menyembunyikan sesuatu? apakah ada kesedihan di balik kebahagiaanmu? apakah kamu bahkan memiliki dirimu sendiri? karena aku percaya di dunia ini segala hal terlahir dengan keseimbangan. maka kau pun takkan benar-benar bahagia atau takkan pernah benar-benar sedih. sejujurnya, aku penasaran terhadap kisah-kisahmu. tetapi mungkin untuk saat ini, aku masih jauh sekali dari sana.


kamu lahir dari banyak warna. bukan lahir secara harfiah. lahir -- berproses -- tumbuh, dari berbagai warna. keluarga, pertemananmu, eh, kenapa kamu bisa menjadi seperti ini, ya? bahkan aku pun tak tahu.


ingin rasanya aku stop saja merasa-rasa seperti ini padamu, karena aku bahkan tidak punya jaminan kini kamu sudah benar-benar rampung pada rasa padaku dan telah melangkah lebih jauh. tapi aku tak bisa. atau belum. untuk saat ini, memang cuma ada kamu. dan memang hal-hal menjadi makin sulit ketika witing tresno jalaran suko kulino. aku terbiasa dengan sosokmu di setiap hariku. aku hampir melihatmu setiap saat, dan susah lho, untuk berpindah hati kalau situasinya seperti ini. aku ingin menagih janji kita untuk menjaga rasa ketika saban hari kita memutuskan belum saatnya bersama, tapi siapakah aku? bahkan aku juga ragu itu disebut janji, atau hanya ilusiku semata.


mungkin ... memang pribadimu adalah angin yang tak bisa diikat di suatu tempat. yang berputar-putar ke segala arah, mempelajari tekanan dan cuaca, mencari tempat terbaik untuk berpusar, dan ya sudah. aku mendukungmu kalau itu untuk hidupmu. dan aku hanya benar-benar berharap, untuk saat ini aku cukup puas untuk menjadi sahabatmu, dan aku mendoktrin diriku setiap harinya: kau sahabatku, kau sahabatku, aku peduli padamu, peduli sahabat, ... (tapi lalu ada rasa sayang itu).


intinya: ya, aku merindukan kita. tapi tak apa. ini hanya katarsis belaka. aku selalu mendoakanmu. semoga kamu bahagia. tapi kalau kamu bahagia karena sudah ada sosok lain, semoga aku kuat dan semoga aku masih bisa selalu mensugesti diriku untuk tetap padamu, karena hal itu, kan, yang paling pasti dari hubungan kita berdua? ("Aku akan selalu membutuhkanmu, Shab.")


Jangan lupa bahagia, akhir-akhir ini matamu sendu.
Salam sayang,
:))

Tidak ada komentar:

Posting Komentar