Minggu, 20 November 2016

03.14



Kusaksikan matamu sayu dan agak hampa. Kau lelah mencintai, itu jelas. Kamu tampak selalu sedikit lebih sedih dari orang biasa, bahkan ketika kamu terlalu bahagia. Kegelapan sudah menjadi sifatmu, namun tak dinyana, sifat itu yang menarik manusia-manusia keluar dari langkan, bertanya-tanya, seperti apakah kau ini? Kau setia dalam sebuah emosi yang tabu, kau anggun dalam dukamu, bahkan kau atraktif dalam pandanganmu yang pesimis. Cakapmu adalah sebuah nada jujur, sinestesia yang memaknai kata. Hari-hari bersamamu tak pernah bosan, seperti cerita pengantar tidur yang hanya berujung lelap dalam sebuah buai.

                Aku selalu diam tak bersuara melihat pesonamu. Tak pernah mengakui, karena aku takut kau akan menjumpai, dibandingkan kekagumanku tentangmu; aku bukan apa-apa. Aku sempat yakin kau mencintaiku, tetapi kini aku takut itu hanya ilusi, sebelum aku menyakitimu terlanjur dalam dan setelah semua itu terjadi, tak ada yang tersisa. Dan boleh dikatakan, hal itu memang mewujud menjadi realita.

                Kau punya kemampuan untuk melihat rinai hujan yang berelasi dengan seringanan awan. Kau bisa melihat semesta tidak seperti orang-orang lain melihat semesta. Kau memiliki ketetapan rasa, dan aku paling iri dengan kemampuanmu yang satu itu. Kau tahu, aku takut dengan ketetapan. Aku takut dengan ketegasan. Aku takut dengan penolakan. Maka kau pun sepertinya tahu apa yang terjadi dengan ketakutan itu, segala hal jadi pergi.

                Selamat malam.


the more you sad, the more i love everything about you
November 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar